"Mobilnya kencang sekali, pengemudinya seperti orang mabuk. Bukan rem blong, tapi kakinya yang gila," katanya saat ditemui di lokasi kejadian, Minggu 22 Januari 2012.
Suwarto yang saat kejadian sedang berjalan kaki mengatakan sesaat setelah kejadian, sang sopir tidak mau disalahkan ketika dimarahi Suwarto. Bahkan, sopir yang diketahui seorang ibu-ibu itu, malah marah-marah padanya.
"Dia marah-marah dan mengomel-omel, padahal sudah berapa yang dia bunuh. Saya tidak tahu, hampir saja nyawa saya hilang," kata Suwarto yang tampak masih emosional di sekitar lokasi kejadian.
Pria kelahiran Kediri, Jawa Timur, itu menuturkan sopir mobil Xenia dan penumpangnya beruntung tidak dihakimi massa karena petugas kepolisian dan keamanan gedung segera mengamankan mereka. Tetapi, dia menuntut agar mereka mendapatkan hukuman yang berat.
"Saya siap jika dijadikan saksi oleh Pak Polisi," ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Jakarta Pusat, Komisaris Gimo Husodo, menyatakan, sopir dan penumpang sudah diamankan di Kantor Polisi Sektor Lapangan Banteng, Jakarta. Gimo menyampaikan, analisis sementara penyebab kecelakaan adalah rem blong.
Gimo menyatakan, sopir ditemukan tak memiliki surat izin mengemudi (SIM) kendaraan roda empat. Bahkan saat Surat Tanda Nomor Kendaraan mobil bernomor polisi B 2479 XI itu diminta, sopir hanya bisa menyerahkan fotokopi STNK atas nama Deden Rohendi.
Gimo menengarai, saat kejadian, mobil dalam kecepatan tinggi dari arah Gambir menuju arah Tugu Tani. Di dekat lampu merah Gambir menuju Jalan Ridwan Rais, pengemudi berusaha mengerem karena para pejalan kaki yang usai bermain futsal menyeberang. "Mau mengerem ternyata rem blong," kata Gimo. "Jadi penyebabnya bukan karena sopir mabuk."
sumber